Long Long Way

Long Long Way
it was 1 year

Rabu, 02 Desember 2009

Desember oleh: Efek Rumah Kaca

Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi
Dibalik awan hitam
Smoga ada yang menerangi sisi gelap ini,
Menanti..
Seperti pelangi setia menunggu hujan reda

Aku selalu suka sehabis hujan dibulan desember,
Di bulan desember

Sampai nanti ketika hujan tak lagi
Meneteskan duka meretas luka
Sampai hujan memulihkan luka

Coffee, My Frame Mind (2)

Pukul 3.00 am, saat yang buruk untuk terbangun dari mimpi yang indah dari tidur tidur yang sangat singkat. Tarian putri bantal dan rayuan pulau kapuk masih terbayang sangat jelas di kepala, badan ini masih berat untuk terbangun.
Dengan perasaan yang masih bingung untuk melakukan apa yang harus aku lakukan di waktu sepagi ini. Otak ini masih berpikir dengan sangat lambat, bahkan untuk melihat SMS di handphone masih terlalu lelah. Sepertinya badanku enggan untuk di ajak berkompromi, aku berpikir jika terus begini apa yang akan terjadi jika ada kebakaran?? Akankah badan ini enggan beranjak dan akan terbakar menjadi gosong menjadi arang.
Setelah 15 menit di atas tempat tidur, badan ini mulai dapat digerakkan dan saraf-saraf otak mampu memulai untuk berlogika sehat. Kutuntun tubuh ini menuju dapur, dan keran air di wastafel ku putar agar air mampu menyegarkan kembali wajah yang penuh iler. Lalu aku duduk di kursi dekat meja tempat diriku dan keluargaku menyantap hidangan sehat dan murah dari ibuku. Ku amati sekitar benar-benar sunyi dan sepi, hanya ada bulan dan bintang yang sedang bersenggama dengan angin dini hari yang mulai berlarut. Ku buka penutup makanan, dan kulihat sisa masakan ibuku yang mulai basi dan berbau. Lalu, diriku mulai mencari kopi dan gula. Ku buat kopi panas yang akan ku minum sendirian di pagi buta itu. Aku kembali ke kamar gelapku dan mencari sigaretku untuk menemani kopiku, lalu lalang mimpi masih mencoba menghisap pikiranku. Dirinya yang ada disana masih terbawa dalam bunga tidurku yang singkat itu. Sebenarnya diriku enggan untuk memikirkannya lagi, tapi aku masih mau untuk memikirkannya. Detik arloji di tanganku yang lupa kulepas mulai menemani setiap waktu yang terbuang dengan lamunan kosong dan terkadang berisikan dirinya. Kumandang saudaraku sudah mulai terdengar, dan mulai bersahutan di sana-sini. Benar, waktu sudah menunjukan 04.30 am dan saatnya seisi rumah bangun untuk memulai aktivitasnya. Namun diriku mulai terlelah kembali, kuhabiskan kopiku dan kutuntaskan sigaretku. Kukembali ke kamar gelapku dan kututup pintunya dan ku coba kembali ke kegelapan tidurku.

Minggu, 29 November 2009

Coffee, My Frame Mind (1)

Sesaat seseduh kopi dihidangkan, bibir mencoba menyeruput air kopi Toraja yang pahit seharga tiga ribu rupiah, yang seakan tertanam dalam benak merupakan kegalauan dalam kehidupan seloroh dengki dan caci kendali. Namun itu bukan inti sari dari kopi yang kurasakan dan kunikmati, tetapi makna dalam secangkir kopi yang dibuat penuh dengan keuletan dan kerja keras para petani kopi.
Ditemani rokok sigaret kretek buatan petani lokal wonosobo menjadi pelengkap yang khas di warung kopi. Suasana remang-remang dan sayup terpaan angin dimuka membelai lantunan ritme jantung yang berdebar karena racun kafein dan nikotin yang mulai mencoba menusuk. Lantunan irama lagu Jazz memecah kekosongan pikiran di saat menanti kedatangan kawan lama yang tak kunjung tiba. Yah, beginilah hidup selalu menunggu dan menunggu kedatangan suatu yang kita tunggu sesering kita berharap yang sesuai dengan yang kita inginkan.
Dinginnya angin malam mulai memecah kehangatan rasa sari kopi Toraja, sedikit demi sedikit mengkebiri rasa nikmat yang kurasakan. Di benak aku mulai berpikir tentang dirinya yang mempesona hati dan perasaan bagai nikmat kopi ini. Diriku mulai terbuai pada lamunan indah seorang yang sedang merasakan arti tresno itu. Lamunan itu terpecah saat kawan lama menghampiriku, dan dimulailah percakapan panjang yang tak jelas arahnya.

Sabtu, 28 November 2009

Menikmati Hujan

Menikmati hujan dikala senja datang dan menari di atas kepala kita, namun ada beberapa hal yang membuat kita sendiri bingung bagaimana kita akan menikmatinya. Walau kita sendiri tahu bagaimana kita akan menikmatinya, sesering kita berpikir suatu bualan yang merupakan hal yang jujur dalam diri kita sendiri. Filosofi hujan merupakan hal yang membuat saya berpikir kalau kitalah hujan itu mencoba menggerus keadaan dengan membasahinya dan terkadang kita mencoba untuk menengadah ke langit dan mencoba berkata " Hujan akan datang", dan tersirat dengan tindakan kita.

Lentera

Lentera
mencoba menerangi kegelapan

She Can

She Can
penjual jenang daerah Wonosobo